LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
MODUL IV
PENENTUAN UKURAN PARTIKEL
Disusun
Oleh :
Nama :
Selvy Sekti Noor Utari (K100120088)
Kelompok :
B.4
Korektor :
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
MODUL
IV
PENENTUAN
UKURAN PARTIKEL
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mengukur partikel zat dengan metode
mikroskopi dan pengayakan (shieving)
II.
DASAR TEORI
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai
ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan
dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan
rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah
ukuran diameter rata-rata
Untuk memulai
setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar
(ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu
pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang
diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah
awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar.
Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat
pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigt, 1994).
Metode
– metode yang Digunakan untuk Menentukan Partikel
1.
Mikroskopi Optik
Menurut
metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel
tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang
sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur .
Kerugian
dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi
dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan
yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai
metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan
yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan
jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen
seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
2. Pengayakan
Suatu
metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak
dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan
melewatinya. Mereka membentuk bahan
halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan
kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah
kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah
yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan (Parrot, 1970).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu :
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan
fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis
mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat
(tergantung dari ukuran partikel). (Moechtar, 1990)
III. ALAT DAN BAHAN
·
Alat : 1. Mikroskop
2. Mikrometer
3. Beker Glass 250 mL
4. Batang Pengaduk
5. Timbangan
6. Ayakan
7. Obyek glass dan dek glass
·
Bahan : 1. Amylum
2. Aquadest
3. Granul berbagai ukuran
IV. CARA KERJA
SKEMATIS
A.
Mengukur
diameter partikel secara mikroskopis
1.
Kalibrasi Alat
Ditempatkan
mikrometer di bawah mikroskop
↓
Dihimpitkan
garis awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif
↓
Ditentukan
garis kedua skala yang tepat berimpit
↓
Ditentukan
harga skala okuler
2. Dibuat suspensi
encer partikel yang akan dianalisis di atas obyek glass
3. Ditentukan
ukuran partikel monodispers atau polydispers:
a. Ditentukan
ukuran partikel sebanyak 20-25 partikel dari seluruh sediaan
b. Ditentukan
harga logaritma masing-masing ukuran partikel
c. Ditentukan
harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD) purata yang
bersangkutan
d. Ditentukan
harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog SD
e. Disebut siste
polidispers jika harga antilog SD ≥ 1,2 dan sistem disebut monodispers jika
antilog < 1,2
4. Jika
monodispers tentukan ukuran partikel sebanyak 300 partikel dan jika sistem
polydispers tentukan sebanyak 500 partikel.
Dilakukan
grouping :
Ditentukan
ukuran partikel yang terkecil dan yang terbesar
↓
Dibagi jarak
ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian yang gasal (paling sedikit 5
bagian)
↓
Diukur partikel
dan digolongkan kedalam group yang telah ditentukan
5. Dibuat kurva
distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter-diameter berikut ini:
Length-Number
Mean : dln =
Surface Number Mean : dsn =
Volume number
Mean : dvn =
Volume Surface
Mean : dvs = 
Volume Weight
Mean : dwm = 
Dimana n =
jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range)
d = rata-rata range ukuran partikel
(mid size) dalam mikron
bahan yang
dipakai : amylum / lycopodium
6. Ditentukan arti
dari harga diameter-diameter diatas
B. Metode Pengayakan
Dibersihkan ayakan dengan menggunakan vaccum cleaner
↓
Ditimbang tiap-tiap ayakan kosong
↓
Disusun beberpa ayakan dengan nomor berurutan, dengan
makin besar nomor ayakan dari atas kebawah
↓
Dimasukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot
tertentu yang ditimbang seksama (100 mg)
↓
Diayak granul selama 5 menit pada 500 rpm
↓
Dikeluarkan ayakan secara hati-hati tanpa kehilangan
berat sampel
↓
Ditimbang kembali tiap ayakan dan ditentukan bobot sampel
pada tiap ayakan
↓
Dibuat kurva distribusi pesen bobot di atas dan di bawah
ukuran versus ukuran partikel
↓
Plot data pada kertas probabilitas lognormal, tentukan
harga dg dan σg
V.
HASIL PERCOBAAN
A. Metode
mikroskopi
a)
Kalibrasi Alat
1 skala
obyektif = skala
okuler
b)
Penentuan Monodispers atau Polydispers
|
No
|
Ukuran partikel (µm)
|
Log ukuran partikel
|
Rata-rata log ukuran partikel (x)
|
SD
|
Antilog X
|
Antilog SD
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
|
3
5
8
10
11
14
17
18
21
24
25
28
31
33
34
37
38
40
42
43
45
47
48
50
50
|
0,47
0,69
0,90
1
1,04
1,14
1,23
1,25
1,32
1,38
1,39
1,44
1,49
1,51
1,53
1,56
1,57
1,60
1,62
1,63
1,65
1,67
1,68
1,69
1,69
|
1,36
|
0,34
|
22,90
|
2,18
|
Siste
tersebut adalah : Polydispers
c)
Penentuan ukuran partikel
|
Size Range
|
Mid Range (d)
|
Jumlah
partikel (n)
|
n.d
|
n.d2
|
n.d3
|
n.d4
|
|
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
|
3
8
13
18
23
28
33
38
43
48
|
47
56
54
49
52
50
48
50
53
41
|
141
448
702
882
1196
1400
1584
1900
2279
1968
|
423
3584
8694
15876
27508
39200
52272
72200
97997
94464
|
1269
28672
93312
285768
632684
1097600
1724976
2743600
4213871
4534272
|
3807
229376
1542294
5143824
14551732
30732800
56924208
104256800
181196453
217645056
|
|
|
255
|
Ʃn = 500
|
Ʃnd = 12500
|
Ʃnd2 =
412218
|
Ʃnd3 =
15356024
|
Ʃnd4
= 612226350
|
B.
Metode Pengayakan
|
No ayakan
|
Ukuran Lubang
|
Size Range
(mm)
|
Mid Size (µm)
|
Berat Granul
(g)
|
% bobot di
atas ukuran
|
% bobot di
bawah ukuran
|
|
8
12
20
40
60
100
penampung
|
2,360
1,700
0,850
0,425
0,250
0,150
0
|
> 2,360
2,360-1,700
1,700-0,850
0,850-0,425
0,425-0,250
0,250-0,150
0-0,150
|
2360
3210
1280
640
340
200
75
|
4,4
5,8
22,8
28,6
9,9
6,2
20,9
|
4,46
10,34
33,47
62,47
72,51
78,80
100
|
100
95,54
89,66
66,53
37,53
27,48
21,20
|
VI. PERHITUNGAN
A. Metode
pengayakan
·
% bobot diatas ukuran = 
Diket : Ʃ berat
granul = 98,6 g
No ayakan 8 :
= 
= 4,46 %
No ayakan 12 :
= 
= 10,34 %
No ayakan 20 :
= 
= 33,47 %
No ayakan 40 :
= 
= 62,47 %
No ayakan 60 :
= 
= 72,51 %
No ayakan 100 :
= 
= 78,80 %
Penampung :
= 
= 100 %
·
% bobot diatas ukuran = 
Diket : Ʃ berat
granul = 98,6 g
No ayakan 8 :
= 
= 100 %
No ayakan 12 :
= 
= 95,54 %
No ayakan 20 :
= 
= 89,66 %
No ayakan 40 :
= 
= 66,53 %
No ayakan 60 :
= 
= 37,53%
No ayakan 100 :
= 
= 27,48%
Penampung :
= 
= 21,20%
Harga dg atas
= 700 µm
Harga standart deviasi (σg) atas =
=
= 2,5
Harga dg bawah
= 380 µm
Harga standart deviasi (σg) atas =
=
= 2,9
B. Metode
Mikrometik
1.
Rata-rata ukuran partikel (x) = 1,36
2.
SD =
0,34
3.
Antilog SD = 2,18
4.
Antilog x = 22,90
Harga antilog
SD > 1,2 à maka sistem
pada percobaan ini adalah polydispers
Perhitungan
berbagai diameter
a.
Length – Number Mean (dln)
dln =
=
= 25 µm
b.
Surface Number Mean (dsn)
dsn =
c.
Volume Number Mean (dvn)
dvn =
d.
Volume Surface Mean (dvs)
dvs =
=
= 37, 2530 µm
e. Volume Weight
Mean (dwm)
dwm =
=
= 39, 8688 µm
VI. PEMBAHASAN
Pada
percobaan modul 4 Penentuan Ukuran Partikel bertujuan untuk
mengukur partikel zat
dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving),untuk percobaan
penentuan ukuran partikel ini menggunakan 2 metode yaitu metode mikroskopik dan
metode pengayakan. Bahan yang digunakan untuk metode mikroskopik adalah amylum
yang dibuat suspensi diencerkan dengan aquadest dan untuk metode pengayakan
bahan yang digunakan adalah granul yang diayak dengan pengayak berbagai ukuran.
Pada metode mikroskopi dimulai
dengan mengkalibrasi alat yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala lensa
okuler. Kalibrasi alat dilakukan dengan cara menempelkan
mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis awal skala okuler dengan skala
obyektif. Kemudian ditentukan garis kedua skala yang tepat berhimpit dan
diketahui harga skala okuler setelah dilihat dibawah mikroskop maka akan
terdapat kotak dengan ukuran 10 x 10.
Setelah
dilakukan kalibrasi alat,lalu dilakukan preparasi sampel dengan cara membuat
suspensi encer amylum dan dianalisa diatas obyek glass yang diletakkan dibawah
mikroskop sehingga terlihat partikel yang ada pada setiap kotak. Setelah
dilakukan perhitungan maka pada percobaan yang dilakukan termasuk polydispers
karena harga SD > 1,2 yaitu 2,18. Tujuan pembuatan suspensi yang encer
adalah untuk mempermudah dalam perhitungan partikel, karena bila suspensi tidak
encer maka pertikel yang terjadi akan berhimpitan dan menyulitkan dalam
perhitungan.
Keuntungan
dari metode mikroskopik itu sendiri adalah dapat mendeteksi partikel-partikel
yang terdiri lebih dari satu komponen. Dan kelemahannya adalah diameternya
hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu panjang dan lebar.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari
nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling
besar (yang paling bawah) hal ini bertujuan agar partikel-partikel yang tidak
terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan
besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. Pada metode pengayakan ini, menggunakan
6 nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai
yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60, dan 100.
Dalam mengayak dibantu dengan alat vibrator (mesin
penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya
dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 5 rpm
bertujuan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat
tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat
lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan
setengah dari kecepatan maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang
penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang
mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor
yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi
yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah. Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat
sederhana dimana hanya memerlukan timbangan, ayakan dan alat vibrator, serta
waktu yang dibutuhkan cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat
keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang peroleh bahwa umumnya diperoleh
zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang
tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat
kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal
dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut. Dari hasil percobaan, diperoleh jumlah granul dipenampungan adalah sebesar 98,6 g.
Terjadinya perbedaan atau ketidaksesuaian antara hasil
yang diperoleh dalam praktikum dengan yang ada di dalam literatur dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Adanya
partikel yang tertinggal di udara atau di ayakan pada saat ayakan dibersihkan
2. Penimbangan
sampel yang kurang akurat
3. Keadaan
sampel yang sudah tidak layak lagi, karena lamanya penyimpanan dalam
laboratorium sehingga mungkin saja sudah terkontaminasi oleh udara
Diperoleh data dan dihitung % bobot diatas ukuran dan
% bobot dibawah ukuran. Kemudian data dimasukkan pada kertas probabilitas log
normal dan di cari dg dan σg. Data dari hasil kelompok kami
diperoleh dg bawah = 380 µm dan σg bawah 2,9, dg
atas = 700 µm dan σg atas 2,5.
VII. KESIMPULAN
·
Metode yang digunakan untuk
menetukan ukuran partikel pada percobaan ini adalah metode mikroskopik dan
metode pengayakan.
·
Bahan yang digunakan pada metode
mikroskopik adalah suspensi encer dari amylum sedangkan bahan yang digunakan
untuk metode pengayakan adalah granul.
·
Ukuran partikel dari amylum pada percobaan ini adalah
polydispers karena harga antilog SD nya > 1,2 yaitu 2,18.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II.
Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi.
Mineapolish : Burgess Publishing Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press